Dorina kelmaskosu
2010 - 57 - 036
Teknologi hasil pertanian
PENDAHULUAN
Industry pangan
diindonesia terus berkembang pesat , mulai dari skala kecil , skal menengah
maupun besar . prosuk yang dihasilkan umunya berupa pangan olahan produk pabrik
mempunayai keunggulan diantarannya bercita rasa lezat , berpenampilan manarik
tahan lama serta mudah dalam pengangkutan dan pendistribusian , hal ini dapat menjadi karena berbagai factor
pendukung , diantara lain diantaranya adalah bahan tambahan makanan (BTM) yang
dikenal juga sebagai “ zat aditif .
Kebiasaan menggunakan
bahan tambahan makanan dalam proses pengolahan pangan telah dilakukan . tidak
hanya pada industry saja , tapi ibu – ibu rumahtangga juga telah terbiasa
memanfaatkanya . bahkan nenek moyang kita telah mengunakan daun pandan dan
kunyit untuk pewarna , pati untuk pengenta , garam untuk member rasa asin serta
rempah – rempah untuk memberikan aroma
yang khas .
Pada massa lalu ,sumber
bahan tambahan makanan masih terbatas pada bahan alami , namun dengan makin Maju dan berkembang teknologi
pengolahan pangan , mendorong untuk menperoleh segala suatu yang praktis dan
cepat .tercipatlah bermacam – macam bahan tambahan makanan hasil ekstrak yang
alami maupun sintesis bahan kimia .terkadang bahan tambahan makanan ini sulit
dibedakan dengan yang alami , karena memiliki sifat aroma , rasa dan warna yang
khas .
Pemakaian bahan tambahan
makanan sintesis cukup membantu dalam proses pengolahan pangan , namun tak
kurang ditemui kasus – kasus dampak penggunaan bahan tambahan makanan .
PEMBAHASAN
1.
Monosodium glutamat
Monosodium glutamat, juga dikenal sebagai sodium glutamat atau MSG,
merupakan garam natrium dari asam
glutamat yang merupakan
salah satu asam
amino non-esensial paling
berlimpah yang terbentuk secara alami. Food
and Drug Administration A.S.
mengklasifikasikan MSG sebagai Generally
Recognized as Safe (GRAS/Secara
Umum Diakui Aman) dan Uni Eropa sebagai zat
tambahan makanan. MSG memiliki Kode
HS 29224220 dan Nomor E E621. Glutamat dalam MSG memberi rasa umami yang sama
seperti glutamat dari makanan lain. Keduanya secara kimia identik. Produsen
makanan industri memasarkan dan menggunakan MSG sebagai penguat cita rasa
karena zat ini mampu menyeimbangkan, menyatukan, dan menyempurnakan persepsi
total rasa lainnya. Nama dagang untuk monosodium glutamat termasuk diantaranya
AJI-NO-MOTO®, Vetsin, dan Ac'cent.
· Penggunaan MSG
MSG
murni sendiri tidak mempunyai rasa yang enak jika tidak dikombinasikan dengan
bau gurih yang sesuai. Sebagai pemberi cita rasa dan dalam jumlah yang tepat,
MSG memiliki kemampuan untuk memperkuat senyawa aktif rasa lainnya,
menyeimbangkan, dan menyempurnakan rasa keseluruhan pada masakan tertentu. MSG
tercampur dengan baik dengan daging, ikan, daging unggas, berbagai sayuran,
saus, sup, dan marinade, serta meningkatkan kesukaan umum akan makanan tertentu
seperti beef consommé (kaldu sapi khas Perancis). Namun seperti perasa dasar
lain kecuali sukrosa, MSG menambah kesedapan hanya dalam kadar yang tepat. MSG
yang berlebihan akan dengan cepat merusak rasa masakan. Meskipun kadar ini
bervariasi pada berbagai jenis makanan, dalam sup bening, nilai kesedapan dengan
cepat turun pada kadar lebih dari 1 g MSG per 100 ml. Apalagi, ada interaksi antara MSG dengan garam
(natrium klorida) dan bahan umami lain seperti nukleotida. Semuanya harus berada
dalam kadar yang optimum untuk menghasilkan kelezatan maksimum. Dengan
sifat-sifat ini, MSG dapat digunakan untuk mengurangi asupan garam (sodium),
yang ikut menyebabkan timbulnya hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Rasa
makanan rendah-garam akan menjadi lebih baik dengan penambahan MSG, bahkan
dengan pengurangan garam hingga 30%. Kandungan sodium (dalam persen massa)
dalam MSG adalah sekitar 3 kali lebih rendah (12%) daripada dalam natrium
klorida (39%). Garam glutamat lain telah
digunakan dalam sup rendah-garam, tetapi dengan tingkat kelezatan lebih rendah
daripada MSG.
·
Aturan
keggunaan
MSG telah digunakan secara aman selama lebih dari 100
tahun untuk membumbui makanan. Selama jangka waktu ini, banyak penelitian telah
dilakukan untuk memperjelas peranan, manfaat, dan keamanan MSG. Pada saat ini,
badan-badan internasional dan nasional untuk keamanan zat tambahan makanan
menganggap MSG aman untuk dikonsumsi manusia sebagai penguat cita rasa. Sindrom Kompleks MSG pada mulanya dinamai
"Sindroma
Restoran Cina" saat Robert Ho Man
Kwok secara anekdotal melaporkan gejala yang dia rasakan setelah menyantap
makanan Cina-Amerika. Kwok mengemukakan berbagai alasan di balik gejala
tersebut, termasuk alkohol dari pemasakan dengan anggur, kandungan natrium,
atau bumbu MSG. Tetapi hanya MSG yang menjadi pusat perhatian dan sejak saat
itu gejala-gejala tersebut mulai dikaitkan dengan MSG. Efek anggur atau
kandungan garam tidak pernah dipelajari. Dalam tahun-tahun berikutnya, daftar
gejala non-spesifik terus bertambah atas dasar anekdot.
Dalam kondisi normal, kita mempunyai kemampuan untuk
memetabolis glutamat yang mempunyai toksisitas akut sangat rendah. Dosis letal
oral untuk 50% subjek (LD50) adalah antara 15 sampai 18 g/kg berat badan pada
tikus dan mencit, 5 kali lebih besar daripada LD50 Garam (3 g/kg pada tikus). Karena itu, asupan MSG sebagai zat tambahan
makanan dan tingkat alami asam glutamat pada makanan bukan merupakan persoalan
toksikologis pada manusia. Sebuah
laporan dari Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB) yang disusun pada tahun 1995 atas nama United
States Food and Drug Administration
(FDA) menyimpulkan bahwa MSG aman bila "dikonsumsi pada tingkat yang
sesuai" dan meskipun tampaknya ada subkelompok orang yang terlihat sehat
yang mengalami reaksi berupa sindrom kompleks MSG saat diberi 3 g MSG tanpa
makanan, sebab akibat oleh MSG belum ditetapkan karena daftar sindrom kompleks
MSG didasarkan pada laporan testimoni. Laporan ini juga menyatakan bahwa tidak
ada data yang mendukung peranan glutamat dalam penyakit kronis dan penyakit
yang melemahkan. Percobaan klinis multicenter buta-ganda terkontrol tidak
berhasil memperlihatkan hubungan antara sindrom kompleks MSG dengan konsumsi
MSG pada individu yang diyakini bereaksi negatif terhadap MSG. Tidak ada kaitan
statistik yang telah terlihat, hanya
ada sedikit respons dan sifatnya tidak konsisten. Gejala-gejala tidak teramati
ketika MSG diberikan bersama makanan.
2. Asam
sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah
rasa masam pada makanan dan minuman
ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa
antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk
hidup. Zat ini juga
dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan
sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot
kering, pada jeruk lemon dan limau
(misalnya jeruk nipis dan jeruk
purut).
·
Keggunaan
Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi
cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode asam
sitrat sebagai zat aditif makanan (E number ) adalah
E330. Garam sitrat dengan berbagai
jenis logam digunakan untuk
menyediakan logam tersebut (sebagai bentuk biologis) dalam banyak suplemen
makanan. Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan
sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih
dalam rumah tangga dan obat-obatan.
Kemampuan
asam sitrat untuk meng-kelat
logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan
deterjen.
Dengan meng-kelat
logam pada air sadah, asam sitrat memungkinkan
sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan
zat penghilang kesadahan. Demikian pula, asam sitrat
digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat
penghilang kesadahan dengan menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada
bahan penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat.
Asam
sitrat digunakan di dalam industri bioteknologi dan
obat-obatan untuk melapisi (passivate) pipa mesin dalam proses kemurnian
tinggi sebagai ganti asam nitrat, karena asam nitrat dapat
menjadi zat berbahaya setelah digunakan untuk keperluan tersebut, sementara
asam sitrat tidak.
Asam
sitrat dapat pula ditambahkan pada es
krim
untuk menjaga terpisahnya gelembung-gelembung lemak. Dalam
resep makanan, asam sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk ,
3.
Aspartam
Aspartam
merupakan pemanis
sintetis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-methyl
ester, atau merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam
amino yaitu asam
amino asam aspartat dan asam
amino essensial fenilalanina.
Aspartam dijual dengan nama dagang komersial seperti Equal, Nutrasweet dan Canderel dan telah digunakan di hampir 6.000 produk makanan dan
minuman di seluruh dunia. Terutama digunakan di minuman soda dan permen.
·
Keggunaan
Aspartam
merupakan pemanis rendah kalori dengan kemanisan 200 kali kemanisan gula (sukrosa), sehingga untuk mencapai titik
kemanisan yang sama diperlukan aspartam kurang dari satu persen sukrosa.
Seperti banyak peptida lainnya, kandungan energi aspartam sangat rendah yaitu
sekitar 4 kCal (17 kJ) per gram untuk menghasilkan rasa manis sehingga
kontribusi kalorinya bisa diabaikan sehingga menyebabkan aspartam sangat
populer untuk menghindari kalori dari gula.
Keunggulan aspartam yaitu mempunyai energi yang sangat
rendah, mempunyai cita rasa manis mirip gula, tanpa rasa pahit, tidak merusak
gigi, menguatkan cita rasa buah-buahan pada makanan dan minuman, dapat
digunakan sebagai pemanis pada makanan atau minuman pada penderita diabetes.
Kombinasi
penggunaan aspartam dengan pemanis buatan lain dianjurkan terutama untuk
produk-produk panggang dalam mempertegas cita-rasa buah (BPOM, 2008).
Aspartam yang dikenal dengan nama dagang
equal, merupakan salah satu bahan tambahan pangan telah melalui berbagai uji
yang mendalam dan menyeluruh aman bagi penderita diabetes mellitus. Sejak tahun
1981 telah diizinkan untuk dipasarkan. Pada penggunaan dalam minuman ringan,
aspartam kurang menguntungkan karena penyimpanan dalam waktu lama akan
mengakibatkan turunnya rasa manis. Selain itu, aspartam tidak tahan panas
sehingga tidak baik digunakan dalam bahan pangan yang diolah melalui pemanasan
(Cahyadi, 2006).
Aspartam
tersusun oleh asam amino sehingga didalam tubuh akan mengalami metabolisme
seperti halnya asam amino pada umumnya.
·
Aturan
penggunaan
Konsumsi
harian yang aman (acceptable daily intake) untuk orang dewasa adalah 40
mg/kg berat badan. Peraturan Menkes No. 722 Tahun 1988 tidak menyebutkan jumlah
aspartam yang boleh ditambahkan kedalam bahan pangan. Hal ini berarti bahwa
aspartam masih dianggap aman untuk dikonsumsi.
·
Bahaya
kesehatan
Bagi
penderita penyakit keturunan yang berhubungan dengan kelemahan mental (phenil
keton urea/PKU) dilarang untuk mengkonsumsi aspartam karena adanya
fenilalanin yang tidak dapat dimetabolisme oleh penyakit tersebut. Kelebihan
fenilalanin dalam tubuh penderita PKU diduga dapat menyebabkan kerusakan otak
dan pada akhirnya dapat mengakibatkan cacat mental (Cahyadi, 2006).
4. Siklamat
Siklamat
pertama kali ditemukan tahun 1939 dan diperbolehkan untuk digunakan kedalam
makanan di U.S.A. pada tahun 1950. Dilanjutkan dengan pengujian dalam keamanan
untuk senyawa yang muncul ditemukan pada tahun 1967 bahwa siklamat dapat
merubah usus ke cyclohexylamine dimana dapat menimbulkan karsinogenik. Rupanya,
hanya beberapa individu yang memiliki kemampuan untuk merubah siklamat ke
cyclohexylamine (Deman, 1980).
Siklama
sebagai pemanis buatan digunakan dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan
natrium siklamat. Secara umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak
berbau, tidak berwarna, dan mudah larut dalam air dan etanol, serta berasa
manis. Kombinasi penggunaan siklamat dengan sakarin dan atau acesulfame-K
bersifat sinergis, dan kompatibel dengan pencitarasa dan bahan pengawet.
·
Bahaya
kesehatan
Pemberian
siklamat dengan dosis yang sangat tinggi pada tikus percobaan dapat menyebabkan
tumor kandung kemih, paru, hati, dan limpa, serta menyebabkan kerusakan genetik
dan atropi testikular. Informasi yang dikumpulkan oleh CCC (Calorie Control
Council) menyebutkan bahwa konsumsi siklamat tidak menyebabkan kanker dan non
mutagenik. Pada tahun 1984, FDA menyatakan bahwa siklamat tidak bersifat
karsinogenik. Meskipun FDA, JECFA dan CAC menyatakan bahwa siklamat
aman untuk dikonsumsi, namun Kanada dan USA tidak mengizinkan penggunaan
siklamat sebagai bahan tambahan pangan (BPOM, 2008).
Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis
tanpa rasa ikutan yang kurang disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan
intensitas kemanisannya ± 30 kali kemanisan sukrosa. Dalam industri pangan
natrium siklamat dipakai sebagai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi
(non-nutritive) untuk pengganti sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas,
sehingga sering digunakan dalam pangan yang diproses dalam suhu tinggi misalnya
pangan dalam kaleng (BPOM, 2004).
·
Aturan
penggunaan
Menurut
peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, kadar maksimum asam
siklamat yang diperbolehkan dalam pangan dan minuman berkalori rendah dan untuk
penderita diabetes mellitus adalah 3g/kg bahan pangan dan minuman. Dan menurut
WHO, batas konsumsi harian siklamat yang aman (ADI) adalah 11 mg/kg berat
badan. Adanya peraturan bahwa penggunaan siklamat dan sakarin masih
diperbolehkan, serta kemudahan mendapatkannya dengan harga yang relatif murah
dibandingkan dengan gula alam. Hal tersebut menyebabkan produsen pangan dan
minuman terdorong untuk menggunakan kedua jenis pemanis buatan tersebut di
dalam produk..
5. Sukralosa
(Sucralose)
Sukralosa
adalah triklorodisakarida yaitu 1,6-Dichloro- 1,6- dideoxy- ß-D-fructofuranosyl
-4-chloro-4-deoxy-α-D-galactopyranoside atau 4, 1′,6′-trichlorogalactosucrose
dengan rumus kimia C12H19Cl3O8 merupakan senyawa berbentuk kristal berwarna
putih; tidak berbau; mudah larut dalam air, methanol dan alcohol; sedikit larut
dalam etil asetat, serta berasa manis tanpa purna rasa yang tidak diinginkan.
Sukralosa memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 600 kali tingkat kemanisan
sukrosa dengan tanpa nilai kalori (BPOM RI, 2008).
·
Keggunaan
Sukralosa
tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena tidak terurai
sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna, dan langsung
dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut menempatkan sukralosa
dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta
anak-anak segala usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi,
perubahan genetik, cacat bawaan, dan kanker. Selanjutnya sukralosa tidak pula
berpengaruh terhadap perubahan genetik, metabolisme karbohidrat, reproduksi pria
dan wanita serta terhadap sistem kekebalan. Oleh karena itu, maka sukralosa
sangat bermanfaat sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes baik tipe I
maupun II (BPOM RI, 2010).
·
Aturan
penggunaan
JECFA
menyatakan sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi
manusia dengan ADI sebanyak 10 sampai dengan 15 mg/kg berat badan. CAC mengatur
maksimum penggunaan sukralosa pada berbagai produk pangan berkisar antara 120
sampai dengan 5.000 mg/kg produk (BPOM RI, 2008).
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan
pada produk-produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya
semakin meluas pada berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan
bahkan tersedia untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh
konsumen kedalam makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda
mengenai penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan
seperti: pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita
diabetes dinyatakan dapat mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Namun demikian, tidak selamanya penggunaan pemanis buatan tersebut aman bagi
kesehatan
b. Saran
penggunaan bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam
produk pangan menyebutkan bahwa pemanis buatan tidak diizinkan penggunaanya
pada produk pangan olahan tertentu untuk dikonsumsi oleh kelompok tertentu
meliputi bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam upaya memelihara dan
meningkatkan kualitas kesehatannya.
Daftar pustaka
http:// bahan
tambahan makanan .pdf.com . diakses tanggal 07 oktober 2012